23.42 | Posted in , , ,


Di era akhir tahun 1960 an, Mahasiswa-Mahasiswa APN / PTPN “Veteran” Yogyakarta mendapatkan Pendidikan Kemiliteran, termasuk menembak; bongkar-pasang senjata, PBB, dll.

Pada awal tahun 1970 an, Winanto Adjie; Santoso, menjadi Panitia dalam rangka Pengiriman Mahasiswa PTPN “Veteran” Yogyakarta ke Pusat Pendidikan Militer di Klaten, Jawa Tengah. Nama pendidikan tersebut adalah WALAWA (Wajib Latih Mahasiswa) dan jumlah Mahasiswa yang dikirim saat itu cukup banyak (ratusan), antara lain Syamsul Bachri, Bambang Pariwulan (Fak. Pertanian), dll.

Pada tahun 1976, PTPN “Veteran” Yogyakarta mengirimkan beberapa Mahasiswanya untuk mengikuti Pendidikan Kursus Kader Pimpinan (SUSKAPIN) MENWA di Jakarta selama 3 bulan, antara lain Sari Bahagiarti; Bambang Pariwulan; Prasetyo Sumarsono, dll. Setelah mengikuti Pendidikan tersebut, mereka membentuk Satuan Resimen Mahasiswa (SATMENWA) “Mahakarta” PTPN “ Veteran” Yogyakarta. Posko nya di Kampus Ketandan, dimana Komandan Satuannya saat itu adalah Bambang Pariwulan.


Pada tahun 1978, SATMENWA UPN (Pengganti PTPN) “ Veteran” Yogyakarta mengirimkan beberapa Mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Dasar Kemiliteran (DIKSAR) MENWA MAHAKARTA di Magelang, Jawa Tengah. Inilah Angkatan pertama (I) dalam Pendidikan MENWA MAHAKARTA yang dinamai angkatan YUDHA -1-. Konon penamaan YUDHA tersebut digunakan karena yang melatih saat itu adalah KOPASANDHA (Komando Pasukan Sadhi Yudha), saat ini namanya KOPPASUS. Yang ikut dalam pendidikan tersebut anatara lain, Bejo Ludiro, Ramank Muslaeni, Sudigdo Prasetyo, Abdul Rifai Harahap, Arif Achmad, dll. Pada bulan Oktober 1978, SATMENWA UPN “Veteran” Yogyakarta berhasil meningkatkan Akreditasinya di Resimen Mahasiswa MAHAKARTA menjadi MENWA MAHAKARTA BATALYON -4- UPN “Veteran” Yogyakarta. Komandan pertama BATALYON -4- adalah Prasetyo Sumarsono. Saat ini DIKSAR sudah angkatan YUDHA XXX.

Era tahun 1980 – 1990, dapat dikatakan Jaya-Jaya nya BATALYON -4-, dikarenakan salah satunya dapat mewujudkan fungsinya sebagai Stabilisator dan Dinamisator Kampus, serta dapat mengaplikasikan salah satu Program dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian Masyarakat. Era tahun 1991 ke atas, Eksistensi MANWA mulai terancam, seiring dengan mulai berkurangnya Pembinaan dan “Samar” nya payung hukum terhadap lembaga MENWA, serta ditambah semakin nyaringnya suara-suara miring dari para Mahasiswa. Bahkan sekitar tahun 1994 an, nama BATALYON sudah tidak digunakan lagi dan diganti menjadi SATUAN.


Tahun 1997, para Alumni Batalyon -4- terutama yang berdomisili di JABODETABEK mulai memikirkan gunanya membentuk Wadah Alumni Batalyon -4-, yang salah satunya akibat semakin menurunnya eksistensi MENWA. Dan pada bulan Juli 1998 dalam suatu acara Musyawarah Nasional Alumni MENWA Batalyon -4- secara sah dibentuk wadah Alumni tersebut dengan nama Paguyuban Babarsari Satu (PBS).

Alhamdullilah sampai dengan saat ini UPN “Veteran” Yogyakarta masih konsisten untuk tetap mengirimkan Mahasiswa nya dalam DIKSAR MENWA dan PBS pun masih tetap exist dan semakin berkembang dengan baik. Semoga apa yang telah kita perbuat dapat mewujudkan kesinambungan idealisme terhadap lembaga MENWA UPN “Veteran” Yogyakarta.

Bekasi, 28 Februari 2007

Dodi Trianto (Yudha 4)

Komandan Batalyon 4 (1986-1987) – Ketua Umum PBS (2000-2003)



Selengkapnya...

Category: , , ,
��
21.54 | Posted in

Pada sekitar awal tahun 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk meyampaikan kuliah umum kepada para mahasiswa Bandung dihalaman depan kampus ITB jalan Ganesha.

Setiba dilapangan udara Andir (Husein Sastranegara) Presiden/Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam VI Siliwangi Kolonel R.A Kosasih. Setelah menyalami para penyambutnya kemudian Presiden dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan bersenjata dengan sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi diiringi korps musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarnya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasih menjawab “Itu tadi adalah pasukan Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DI/TII Kartosuwirjo”

Kemudian kepada Kololel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Diantara anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang dikemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Ir. Siswono Yudo Husodo.

Ketika PKI gagal membentuk angkatan V (buruh dan tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Men.Pangad Jend. A.Yani), DN Aidit mengadu ke Bung Karno sambil mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa, sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No.A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yanag ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.

Karena yang menandatangani radiogran tersebut adalah Jend. A.H Nasution sendiri, maka Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut:

Menertibkan dan menyatukan bermacam-maacam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No.1 tahun 1962 tertanggal 15 Januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan Tinggi dalam rangka Trikora Pembebasan Irian Barat.

Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi (ROTC: Reserve Officers Training Corps)

Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajarv/ Corps Mahasiswa.

Sebelum meninggalkan istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno amat singkat “Teruskan!”

Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka munculah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. Di Jawa Barat Menteri PTIP Prof. Toyib Hadiwijaya memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama “Resimen Mahajaya”. Di Jogyakarta Jenderal Yani memberi nama “Resimen Mahakarta” dan seterusnya.

Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran Radio Australia yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA.

Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tertapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI pun tidak dibubarkan.

Kisah-kisah tersebut dikisahkan sendiri oleh alm. Letjen TNI (Purn) R.A Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman”, Jawa Barat pada tahun 1970.

Dahulu di Jawa Barat anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan, harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”.

Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu:

Setia kepada sang Saka Merah Putih.

Setia kepada Pancasila.

Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli)

Setia kepada negara (NKRI)

Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa.

Menurut Pak Sutikno Lukitodisastro (mantan Sekretaris militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”.

Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri. Bahkan dikalangan elemen mahasiswa menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya TNI, jadi harus dibubarkan.

Kiriman:

Tjipto Su.kardhono

Gedung Juang 45

Jl. Menteng Raya 31

Jakarta Pusat


Yang bersangkutan pernah hadir dan memberikan ceramah dihadapan anggota Menwa Mahakarta, pada acara Musyawarah Nasional Ikatan Alumni Menwa Yon 4 UPN Yogyakarta - Paguyuban Babarsari Satu (PBS) pada Bulan July 2000 di Kampus UPN Veteran Yogyakarta



Selengkapnya...

Category:
��
05.35 | Posted in ,

Nug BS Yudha 14 after landing, didampingi Ketum,Sekjend and Set. Juga ada Wadan Korwil Kalimanatan : Jacky. Selengkapnya...

Category: ,
��
21.15 | Posted in


Komponen Lambang Sembilan Unsur



  • Perisai Segilima

Menggambarkan keteguhan sikap

  • Padi dan Kapas

Menggambarkan dasar bernegara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

  • Bintang , Sayap Burung , Jangkar dan Lambang Polri

Resimen Mahasiswa berada di bawah naungan ketiga unsur angkatan dan Polri

  • Pena dan Senjata

Di dalam pengabdiannya, wira melakukan keselarasan antara ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan.

  • Buku Tulis

Tugas pokok setiap Resimen Mahasiswa adalah mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping melaksanakan tugas-tugas kemenwaan.

Selengkapnya...

Category:
��
21.03 | Posted in

Resimen Mahasiswa (Menwa) adalah salah satu di antara sejumlah kekuatan sipil untuk mempertahankan negeri. Ia lahir di perguruan tinggi sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), beranggotakan para mahasiswa yang merasa terpanggil untuk membela negeri. Para anggota Menwa di setiap kampus membentuk satuan, yang disebut Satuan. Sebagai salah satu unit kegiatan kemahasiswaan, komandan satuan melapor langsung kepada rektor/pimpinan perguruan tinggi Selengkapnya...

Category:
��